Kabupaten Tangerang, Temabanten.com – Pernyataan mantan Sekertaris BUMN Muhammad Said Didu yang diduga banyak kalimat yang mengadu domba masyarakat pantai utara (Pantura) Kabupaten Tangerang, Banten jelas sangat meresahkan masyarakat. Tak hanya dari kalangan tokoh masyarakat, para nelayan pun mengakui sangat risih akan ujaran-ujaran yang dilontarkan oleh Said Didu terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikerjakan oleh pengembang Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Senin (22/7/2024).
Dalam video berdurasi 2 menit 80 detik yang beredar di berbagai sosmed, Muhammad Said Didu mengkritik mengenai pembebasan lahan dalam pengembangan kawasan mega PSN di PIK 2. Dalam video terbut juga terucap oleh dirinya bahwa banyak warga khususnya nelayan terusir karena laut telah dipatok serta dipaksa menjual tanahnya dengan harga murah.
Mugeni salah satu nelayan dari Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang mengatakan, tidak ada hubungannya nelayan dan para pengembang, karena selama ini pembangunan tetap berjalan dan nelayan tetap melaut. Ia pun merasa jika apa yang dilakukan Said Didu seolah mengadu domba para nelayan dengan pihak pengembang.
“Sampai saat ini saya tidak pernah mendapatkan larangan dari pihak pengembang saat hendak melaut,” ujarnya, Minggu (21/7) kemarin.
Sambung pria yang sudah 20 tahun jadi nelayan ini, dirinya mengaku senang dengan adanya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah dan pengembang. Karena, pembebasan tanah miliknya dibeli sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
“Saya justru saat ini sedang mengharapkan kapan relokasi dilakukan, karena saya melihat warga kampung muara kini rumahnya bagus-bagus dan lingkungannya lebih tertata layaknya komplek perumahan,” sambung Mugeni.
Nelayan Desa Kohod lainnya Marsudi menuturkan hal yang senada, mengaku walaupun ada proyek pengembangan namun dirinya masih tetap menjalankan profesinya sebagai nelayan. Menurut Marsudi dirinya bisa masih bebas melaut bahkan di sekitar pembangunan PIK 2.
“Hingga saat ini saya masih mencari ikan, PIK 2 tidak pernah mematok laut untuk menghalangi kami untuk mencari ikan bahkan di sekitar pembangunan PIK 2,” jelas pria yangvakrab disapa Ustad.
Dirinya mengaku, ia beserta warga lainnya menjual lahan itu secara sukarela dengan harga sesuai kesepakatan bersama. Bahkan selain mendapatkan uang hasil penjualan dirinya beserta warga lainnya akan mendapatkan relokasi dari pihak PIK 2.
“Walaupun pastinya tetap ada saja yang protes masalah harga karena tidak sama semua, namun kan tentunya harga dibedakan dengan melihat kondisi bangunan, lokasi lahan termasuk kelengkapan surat kepemilikannya. Untuk pembayaran sudah tahap kedua dan sebentar lagi pelunasan. Kami juga tengah menunggu di lokasi mana kami akan direlokasi,” paparnya.
Masrudi mengaku dirinya sangat senang dengan adanya investor yang datang untuk membangun wilayah Pantura. Pasalnya menurut Masrudi dirinya dengan adanya pembangunan tentunya akan membuka peluang bagi anak cucunya untuk bekerja di berbagai sektor pekerjaan tidak hanya menjadi nelayan.
“Saya pribadi tidak ingin lagi ada anak cucu saya bertaruh nyawa di laut dengan jadi nelayan. Mudah-mudahan adanya pembangunan anak cucu saya bisa bekerja di berbagai profesi lainnya,” harap dirinya. (Yan)